

Mahasiswi Hubungan Internasional, Universitas Bina Nusantara
BUMI CENDRAWASIH TANPA DISKRIMINASI
Kekayaan sumber daya alam juga kekayaan budaya serta seni di papua menjadi kebanggaan tersendiri untuk Indonesia, Papua kaya dengan sumber alam yang menjanjikan peluang untuk berniaga dan berkembang. Tanahnya yang luas dipenuhi oleh hutan, laut dan pelbagai biotanya dan berjuta-juta tanahnya yang sesuai untuk pertanian. Dalam perut buminya juga menyimpan gas asli, minyak dan berbagai bahan galian yang hanya menunggu untuk diterokai. Selain kekayaan alam, papua juga memiliki banyak sekali seni dan budaya yang unik seperti tarian, pakaian, dan juga rumah adat yang kerapkali menarik perhatian para turis saat berkunjung ke papua.
Masih ada beberapa oknum masyarakat Indonesia yang melabelkan masyarakat papua dengan stereotip negatif. Alhasil, orang Papua mengalami diskriminasi ras dan etnis yang tidak mengenakan. Situasi yang dialami oleh masyarakat papua ini memang telah menjadi concern, yang tidak bisa begitu saja diabaikan. Selama ini kita telah banyak mendengar bahwa masyarakat papua dianggap sebagai “pembuat onar”, “kurang cantik”, atau bahkan yang terparah yaitu saat kerusuhan yang terjadi tahun lalu tepatnya sehari sebelum perayaan kemerdekaan Indonesia ke-74, kita digegerkan dengan pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya. Peristiwa tersebut diawali oleh demonstrasi sebuah organisasi masyarakat yang menduga telah terjadi perusakan bendera Merah Putih oleh mahasiswa asal Papua, yang mana dari kejadian tersebut menyebabkan seorang pria dari papua dipanggil dengan sebutan “monyet”. Kalimat bernada rasial yang diteriakkan sejumlah demonstran kemudian memicu unjuk rasa di kota-kota besar di Papua dan Papua Barat. Mereka mengangkat perdebatan yang selama ini terpendam, yaitu masalah rasisme terselubung di antara masyarakat Indonesia.
Fakta bahwa rasisme ini datang dari dalam negeri kita sendiri pun menjadi hal yang berseberangan dengan ideologi dan jati diri Indonesia yang menjunjung tinggi akan Bhineka Tunggal Ika. Namun, topik yang akan saya bahas disini yaitu bukan menguraikan apa saja lontaran-lontaran dan perilaku negatif yang dialami oleh masyarakat papua oleh saudara setanah airnya sendiri. Kerusuhan yang terjadi satu tahun silam menyebabkan banyak masyarakat Indonesia kini lebih terbuka pikiran dan hatinya untuk saudara-saudara kita di papua. Mulai dari berbagai orasi yang mendukung hak bagi masyarakat papua sebagai bagian dari Indonesia agar tidak terjadi lagi diskriminasi ras dan etnis. Orasi tersebut juga didukung oleh beberapa organisasi kemanusiaan seperti LSM dan kelompok lain yang berangkat dari berbagai lapisan dan golongan masyarakat.
Masyarakat yang tidak turun langsung ke jalan untuk berorasi juga tidak tinggal diam, mulai dari netizen dan para artis kerap menebarkan pesan damai untuk saudara saudara kita di papua melalui tagar yang dipopulerkan di berbagai platform media sosial, seperti instagram dan twitter. Tagar #sayamonyet, #lawanrasisme, #papuanlivesmatter, dan #papuauntuknkri, menjadi bentuk dukungan dan empati untuk melawan rasisme dan suatu bentuk harapan agar segera dipertemukan perdamaian dan keadilan bagi masyarakat papua. Peran pemerintah juga turut andil dalam menangani kasus tersebut, sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sudah meminta masyarakat saling memaafkan terkait demonstrasi berujung rusuh di Manokwari dan Sorong, Papua Barat. Ia juga menegaskan pemerintah akan tetap menjaga kehormatan warga Indonesia termasuk di wilayah Papua dan Papua Barat.
Salah satu bentuk nyata yang saya alami bahwa toleransi kepada masyarakat papua sudah jauh lebih membaik yaitu saat saya mengikuti salah satu pertemuan mahasiswa pada tahun 2019 di Yogyakarta. Saat itu mahasiswa dari papua datang dan sangat disambut dengan hangat oleh mahasiswa-mahasiswa lainnya dari luar Papua. Effort mereka yang luar biasa untuk datang dari bagian Indonesia paling Timur ke pulau Jawa dan antusiasme mereka terhadap pendidikan menjadi inspirasi tersendiri bagi saya pribadi. Pertunjukan budaya yang ditampilkan oleh mereka juga menjadi agenda yang paling ditunggu-tunggu oleh para mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia.
Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia untuk melawan rasisme untuk saudara-saudara di papua sudah ada dan cukup besar. Menurut opini saya jika awareness ini tetap dijalankan pelan-pelan dan konsisten, bukan suatu hal yang mustahil jika kita akan menjadi masyarakat yang lebih bertoleransi dan tidak lagi menunjukkan sikap rasisme. Papua atau yang dijuluki dengan Bumi Cendrawasih ini merupakan bagian dari Indonesia sampai mati. Sudah sepantasnya semua masyarakat Indonesia berhak untuk diakui dan merasa aman berada di negerinya sendiri, tidak pandang bulu.