

Pentingnya Papua bagi Poros Maritim Dunia
“Bhinneka Tunggal Ika” adalah semboyan yang mempersatukan bangsa ini. Semboyan ini berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Berbeda tetapi tetap satu artinya “bersatu”. Bangsa ini akan selalu kuat ketika bersatu. Dari Aceh sampai Papua, jika bangsa ini bersatu, tidak ada yang bisa mengalahkan kita. Bahkan, persatuan dan kesatuan bangsa adalah sebuah hal yang kita harus tetap pegang teguh mau berapa lama pun bangsa ini berdiri tegak.
Semboyan ini telah lama menjadi panduan hidup bangsa Indonesia. Untuk itu pada awal pemerintahannya, Presiden Joko Widodo memunculkan konsep Poros Maritim Dunia (PMD). PMD lahir karena Jokowi merasa bahwa bangsa ini adalah bangsa yang plural, namun terpisahkan oleh banyaknya pulau-pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Atas dasar itulah, kebijakan PMD dibentuk untuk semakin mempererat rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Kebijakan PMD bukan sekadar tataran politis, melainkan juga dipahami sebagai sebuah doktrin berdasarkan lima pilar Poros Maritim dan tidak berhenti sebagai konseptualisasi dan abstraksi. Dengan demikian, PMD juga harus didukung oleh hal-hal domestik. kedaulatan laut Indonesia, terdapat lima lokasi penting yang harus bisa dikontrol oleh kekuatan laut yang berkapabilitas, di antaranya Selat Malaka, Sunda, Karimata, Lombok, dan Makassar. Titik penting maritim di lautan Indonesia bukan hanya mengenai Selat Malaka yang ingin diinternasionalisasikan Singapura itu, bukan pula sekadar alutsista dan kapal tempur.
Indonesia sepatutnya menyadari bahwa kesadaran mengenai Indonesia yang strategis untuk kekuatan maritim tidak akan sempurna jika Indonesia terus meninggalkan Indonesia bagian timur. Di sinilah peran penting Papua. Papua eksis di timur sebagai gerbang yang menyambut kegiatan bisnis internasional di Laut Cina Selatan. Sama saja dengan Riau yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka yang sibuknya melebihi Terusan Suez. Di samping itu, wilayah Indonesia bagian timur, khususnya Papua, terkena garis pertahanan laut dari Cina.
Atas dasar itu, mengapa Papua penting? Papua adalah benteng di era Pasifik. Hal ini karena, sebagai pintu depan, Papua adalah tanah mahaluas di bibir Pasifik yaitu 41.600.000 ha dengan luas lautan 1.679.545 km2. Penduduknya kurang dari lima juta jiwa dengan kepadatan penduduk hanya sembilan jiwa per km2. Penduduk yang sedikit itu bermukim secara terpencar dan terpencil pula di lembah-lembah bergunung menjulang, hulu-hulu sungai, dan sabana rawa-rawa mahaluas. Belum lagi kekayaan alam Bumi Cendrawasih yang bisa berlipat-lipat banyaknya.
Kebijakan PMD ini salah satunya bertujuan untuk mengimbangi pemain utama di Pasifik di antaranya kekuatan ekonomi raksasa China, Korea Selatan, Jepang, Australia, dan Selandia Baru. Papua adalah wilayah terdepan Indonesia menghadap Pasifik dengan tanah dan lautan mahaluas. Jika ingin doktrin poros maritim Nusantara itu bisa berwujud, Papua seharusnya diposisikan sebagai pintu masuk dan keluar dari benteng Indonesia menuju Pasifik.
Oleh karenanya, Papua dalam hal ini memegang peran penting dalam penguatan strategi maritim Indonesia yang sudah sejak awal pemerintahan Jokowi periode I, telah menerapkan kebijakan PM. Menariknya lagi, Papua adalah jantung maritim Indonesia. Fakta tersebut tidak bisa dipungkiri. Bahkan sejak awal Papua bergabung ke Indonesia di medio tahun 1960-an, wilayah Papua sangat strategis secara geopolitik dan geostrategi sehingga dua kekuatan besar (bipolar) dunia pasca Perang Dunia II saat itu, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet, sama-sama mengincar Papua.
Amerika Serikat mendukung Belanda agar Papua tetap masuk ke dalam koloninya, namun Uni Soviet memberi bantuan militer ke Indonesia untuk membebaskan Papua (Irian Barat kala itu) dari penjajahan Belanda. Posisi strategi Papua membuat wilayah itu menjadi sorotan dunia, terlebih sejak Indonesia diberikan mandat untuk mengatur pemerintahan di sana oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pasca Perjanjian New York, antara Amerika Serikat, Belanda, dan Indonesia sendiri. Fakta ini juga membuktikkan bahwa Papua sejak awal telah menjadi bagian dari wilayah Indonesia, berdasarkan pada hukum dan pengakuan internasional. Seruan-seruan di dunia internasional yang menyejajarkan wilayah Papua sebagai jajahan Indonesia merupakan gagasan yang menyesatkan dan cacat hukum.
Kembali ke masa kini, Papua dengan bantuan dari pemerintah pusat, tentu saja akan menuntaskan semua permasalahan yang ada di Bumi Cendrawasih. Dengan begitu, Papua pun siap secara internal untuk menjadi gerbang maritim di Pasifik. Masyarakat di Papua mau tidak mau harus disiapkan terlebih dahulu -setelah permasalahan ekonomi Papua— agar menjadi ujung tombak strategi maritim di kawasan Timur, dari ranah pendidikan dan kesehatan hingga kesadaran akan peran Papua itu sendiri bahwa Papua itu penting di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), bukan diluar.
Indonesia bagian Timur ditakdirkan untuk menjadi inti dari geostrategis dan geopolitik Indonesia sebagai pusat kekuatan laut Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat Daoed Joesoef, bahwa Papua dan Maluku sebagai “Jantung Tanah Air” dan inland sea dari kenusantaraan Indonesia dan Kepulauan Sunda Besar, serta Sunda Kecil yang menjadi “arteri”. Sebab Papua adalah satu-satunya pulau terbesar di Pasifik yang langsung berhadapan dengan Melanesia dan Polynesia yang selalu menjadi target utama untuk menggaggu integrasi NKRI. Maka, agar cita-cita “Poros Maritim Dunia” tidak sekadar menjadi cita-cita, Papua harus diikutkan sebagai poin penting perumusan dan kerangka kerja PMD.
Untuk itu, koordinasi dalam perencanaan dan implementasi dari setiap program pembangunan harus kuat dan tegas. Hanya dengan manusia Papua yang produktif dan makmur serta pandailah, PMD jadi bermakna di Papua dan seluruh Indonesia. Jika tidak, kebijakan Jokowi itu hanya akan menjadi slogan kosong. Agar tidak berhenti sekadar menjadi slogan, siapkanlah manusia Papua untuk menjadi pemain utama dalam percaturan ekonomi produktif di Papua. Untuk itu, benahi dunia pendidikan dan pelayanan kesehatan. Dirikan pabrik yang berkaitan dengan pertanian, perkebunan, dan pertambangan. Kemudian, bangun jalan, pelabuhan, dan bandara di sana. Tujuannya agar ada konektivitas dan kegiatan kegiatan ekonomi juga. Penting juga untuk memberi kesempatan bagi orang muda Papua untuk berperan besar di dalamnya. Hanya dengan begitu, Papua bisa berdikari dan akan menjelma menjadi benteng terkuat di pintu masuk dan keluar Indonesia dalam menghadapi era Poros Maritim Dunia.